Sunday, June 23, 2013

22 Juni 2013


Awalnya biasa saja.
Sabtu pagi, 22 Juni 2013, aku coba melangkahkan kakiku dan membawa tubuh ini menuju GOR Jatidiri. Kusiapkan tenagaku untuk menyiapkan acara hari itu, INFEST 2013. Kulihat disana banyak pula panitia yang mondar-mandir untuk menyambut seseorang. Oh, bukan seseorang. Tetapi banyak orang. Dan salah satu di antaranya ialah RAN.
Oke, siapa sih yang tidak mengetahui RAN? Hampir semua orang di Negara ini mengetahuinya. Begitu juga dengan aku. Aku mengetahuinya, memang. Namun tidak mengaguminya. Sehingga aku tidak pernah mengikuti perkembangan RAN, termasuk lagu-lagunya. Mungkin hanya beberapa lagu dalam album pertama dan keduanya yang aku tau.

Tidak terasa, malam pun tiba. Sekitar pukul Sembilan malam, beberapa panitia, termasuk aku, mulai memasuki GOR dan mengikuti jalannya acara INFEST. Aku dan teman-temanku mulai maju ke baris depan saat Billy Beatbox bermain. Seusainya Billy, kedua MC menaiki panggung, bercakap-cakap ini itu, dan meminta kami para penonton untuk memanggil RAN. Ha, bayangkan saja bagaimana ekspresiku saat yang lain--kanan, kiri, depan, belakangku—memanggil RAN dengan bahagianya. Ya, aku hanya berdiri dengan ekpresi datar tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Hingga akhirnya kedua MC turun, dan para additional player RAN sudah siap di masing-masing alat musiknya. Jujur, sampai saat itu, aku masih tidak bersemangat, dan ingin keluar dari kerumunan.

Tetapi detik itu pun tiba. Detik yang membuatku tersenyum, penuh arti. Detik dimana kulihat seseorang menaiki panggung. Detik dimana untuk pertama kali kulihat dia secara langsung. Detik dimana salah satu personil RAN muncul, dan mengambil gitarnya. Detik saat aku melihat Asta. Astono Andoko.
Kupandangi dia. Tak sekedip pun aku melepaskan pandanganku padanya. Bahkan ketika kedua personil, Rayi dan Nino, menaiki panggung, aku tetap meneguhkan hatiku untuk terus memandangi Asta. Tampan. Manis. Menyejukkan.

Lagu per lagu mulai dinyanyikan oleh RAN. Para penonton di sekekelingku tampaknya hafal akan semua lagu RAN. Dengan asyiknya, mereka mengikuti RAN bernyanyi, sambil sesekali kudengar teriakan-teriakan “Nino!!”, atau “Rayi!!”. Namun tak ada yang selalu berteriak, “Astaaa!!!”, selain aku.
Tetapi sedih mulai terpancar dari mukaku. Karena jarak ku dengannya terlalu jauh. Memang, aku berdiri di barisan kedua. Tetapi aku berdiri di bagian Utara, sedangkan Asta berada di Selatan. Sehingga Asta tidak pernah menengok, atau bahkan mendengarku saat kupanggil dia berkali-kali. Sungguh berbeda dengan dua perempuan yang berdiri tepat di depanku. Yang selalu berhasil memanggil idolanya –Rayi dan Nino-, dengan usahanya menulis “Nino Cium!!”, “Nino Love U”, dan lain-lain pada ipadnya.

Aku berandai. Andai aku ada di sayap Selatan, mungkin Asta bisa mendengarku. Bisa mendengarku bernyanyi, “Kurasa ku tlah jatuh cinta, pada pandangan yang pertama, sulit bagiku untuk bisa berhenti mengagumi Kak Asta”.
Dan per-tanggal 22 Juni 2013 malam, aku pun akhirnya menjadi RANers. Atau lebih tepatnya pengagum Asta, Astono Andoko.
Akan kucoba mengenalmu --serta RAN-- mulai dari sekarang. Dan kuharap kau juga mulai mengenalku :)

Haha, mungkin tulisan ini memang berlebihan atau lebay. Tetapi itulah memang adanya ungkapan perasaanku setelah melihat Asta, hehe. Bahkan sebenarnya, feeling tersebut tidak dapat terluapkan semua hanya dalam secungkil tulisan ini.

Thanks for the sixty minutes :)
Awalnya biasa saja. Menjadi luar biasa.

Semarang, 23 Juni 2013

Anggaina Elfandora


haha that's me!


andai aku berdiri di sudut ini :')

About Me