Friday, August 23, 2013

Karna Dia Bukan Sekedar "Kakak"


Jadi kakak itu enak. Dia bisa “memerintah” atau “menjajah” sang adik sesuka dirinya. Dengan mudahnya, dia bisa menyuruh adik mengikuti suasana hatinya. Apa daya sang adik tidak bisa menolak. Ketika kakak sedang ingin mencari kesenangan, dia mengganggu atau menjahili adik. Ketika sedang badmood, dia bisa melampiaskan kekesalan hatinya pada adik, dengan cara marah atau ketus. Segala kehendak sang kakak, seolah-olah wajib dituruti oleh sang adik.

Namun ternyata disisi lain...

Menjadi kakak itu tidak mudah. Dia harus bisa memberi contoh yang baik untuk sang adik. Dengan tanpa disadari, adik akan mengikuti jejak sang kakak, tanpa ada perintah. Apa daya sang kakak harus mampu berjalan menembus celah kesuksesan. Karena ketika kakak bersinar seperti bulan, maka adik akan bertekad untuk dapat bersinar seperti matahari. Namun ketika kakak hanya berjalan di tempat, maka adik akan turut duduk diam. Tidak ada aturan tertulis untuk hal tersebut, tetapi itu sudah terpatri dengan sendirinya dalam ikatan kakak dan adik.

Dan aku pun mengalaminya.

Setiap hari aku dibully oleh kakakku, ya walaupun kini sudah tidak sering karena dia sibuk kuliah di luar kota. Pem-bully-an memang terjadi padaku hingga kini, namun tak se-ekstrim jaman kecilku dulu. Di masa kecil, kakakku selalu jahil dan nakal padaku. Seringnya kenakalan tersebut berupa fisik. Ya, kenakalannya memang sewajarnya anak kecil, jadi tidak berbahaya. Aku hanya bisa diam dan menangis, dan tak ada keberanian untuk membalasnya. Bahkan untuk mengadukan pada orang tuaku pun aku tidak berani. Aku takut, jika kuadukan kakakku pada orang tua, kakakku marah padaku dan tidak mau lagi bermain denganku. Jadilah pertengkaran kami tersebut merupakan “pertengkaran satu arah”. Namun ada yang berbeda ketika kami berdua beranjak remaja, atau lebih tepatnya ketika kami duduk di bangku SMP. Pertengkaran satu arah berubah menjadi pertengkaran dua arah! Ya, aku sudah mulai berani untuk melawannya, dan tak jarang pula aku mengadukannya pada orang tuaku. Pertengkaran kami bukan hanya perlakuan fisik seperti saat kecil, tetapi juga adu mulut! Jadilah tangan dan mulut kami mengeluarkan tenaga yang sia-sia hanya untuk sebuah pertengkaran. Berbeda lagi dengan ketika usia kami mulai dewasa, atau lebih tepatnya dimulai sekitar umur 17 tahun. Pertengkaran kami tidak terlalu terfokus pada perlakuan fisik, melainkan pada adu mulut. Seringnya adu mulut tersebut terjadi karena kami memiliki pendapat yang berbeda. Namun dalam pertengkaran kali ini, tidak ada yang namanya pengaduan kepada orang tua. Tahu mengapa? Ya, karena hal tersebut tidak penting. Orang tua tidak akan menentukan siapa yang salah dan siapa yang benar dalam pertengkaran dua perempuan yang sudah beranjak dewasa, bukan? Oh, ada yang perlu digaris bawahi disini. Ada satu tindakan yang sering dilakukan kakakku terhadap aku, selain adu mulut. Yaitu penggelitikan. Ini yang tidak bisa aku lawan hingga sekarang. Adu penggelitikan pasti akan berujung pada kekalahan untukku.

Menyebalkan memang. Tetapi...

Aku harus berterimakasih pada kakakku. Berkat dia, kini aku dapat berjalan menuju cahaya kesuksesan. Dari kecil aku selalu mengikuti kakakku. Kakakku seperti kiblat bagiku. Kemana dia melangkah, maka aku akan menyusulnya. Seperti pendidikanku. TK dan SD kami berdua sama. Ya, tentu itu pilihan orang tua, bukan keinginan kami. Tetapi keputusan untuk memilih sekolah selanjutnya adalah keputusan kami masing-masing. Dan ternyata, SMP kami berdua sama. Apalagi kalau bukan karena mengikuti kakak? Lulus dari SMP, kakakku memilih bersekolah di sekolah negeri ternama di kota kami. Jaraknya jauh sekali, hampir mencapai 20 kilometer. Tak terbayang sedari dulu untuk bersekolah di SMA tersebut. Selain jauh, banyak orang berkata bahwa seleksi masuknya sangat sulit. Acuhlah pikiranku pada sekolah tersebut. Namun semua berbeda ketika kakakku memilih SMA tersebut. Seketika aku menaruh perhatianku pada sekolah itu. Aku mulai mencari tahu tentang sekolah itu. Dan akhirnya aku pun menaruh impianku pada sekolah itu. Jadilah kini aku berhasil menjadi alumni Sekolah Menengah Atas tersebut. Sekolah yang, seandainya kakakku tidak menyentuhnya, aku pun tidak akan meliriknya. Dan kini, di tahun 2013 ini, kakakku sedang berada di ITB untuk mengejar gelar Sarjananya. Sedangkan aku? Aku berada di Undip. Berbeda? Memang beda. Tempat kami memang berbeda. Tetapi “bahasan” kami berdua sama. Karena kami berdua adalah mahasiswi Teknik Industri. Ya, berbeda tapi sama.

Terima kasih kakakku, Anggita Cremonandra Elfani. Kamu adalah salah satu anugerah Allah yang tak ternilai harganya. Karna kau bukan sekedar "kakak". Andai kakakku bukan kamu, aku tak tahu seperti apa aku jadinya.

Terima kasih untuk Allah. Yang telah menurunkan malaikat kecil yang cantik pada tanggal 23 Agustus 1992. Terima kasih, Allah. Yang masih memberikan nafas kehidupan padanya di tanggal 23 Agustus 2013 ini.


Selamat ulang tahun, kakakku...

Anggita Cremonandra Elfani


Semarang, 23 Agustus 2013
Anggaina Elfandora C.

Wednesday, August 21, 2013

Pemuda


Saya pemuda. Kalian pemuda. Kita pemuda.
Saya pemimpin. Kalian pemimpin. Kita pemimpin.
Saya membuat perubahan. Kalian membuat perubahan. Kita membuat perubahan.

Pemuda. Tak sedikit orang yang telah sukses memimpin dalam usia mudanya. Contohnya dapat terlihat pada revolusi kemerdekaan Amerika Serikat yang digerakkan oleh pemuda. Pondasi negara adidaya itu dibangun oleh pemuda seperti Benjamin Franklin, George Washington, John Adams, Thomas Jefferson, John Jay, James Madison, dan Alexander Hamilton.
Tak hanya itu. Pemuda lainnya yang telah berhasil memimpin dan membuat perubahan ialah Mark Zuckerberg. Hampir semua penduduk dunia mengetahui siapa itu Mark. Ya, Mark Zuckerberg adalah seorang pemuda penemu situs Facebook. Dan dari situ lah dia dinobatkan pula sebagai miliarder termuda dalam sejarah.

Oke, tidak perlu kita melihat jauh-jauh. Di Indonesia pun banyak orang yang telah menjadi pemimpin dalam usia mudanya. Tengok saja Reza Nurhilman, seorang pengusaha keripik pedas Maicih. Dalam usianya yang masih muda, yakni sekitar 20 tahun, ia mampu membuat terobosan baru dalam kuliner yang sempat membuat heboh para remaja di Indonesia. Selain Reza, mari kita tengok Hendy Setiono, seorang pengusaha Kebab. Di usia 20 tahun, ia mulai menjajaki dunia perbisnisan dengan modal pinjaman Rp 4.000.000,00. Tak lama kemudian, ia DO dari ITS, dan lebih berkonsentrasi pada bisnisnya tersebut. Di usia 22, ia meresmikan kebabnya dengan nama Kebab Baba Rafi. Dan kurang dari sepuluh tahun, ia mampu melebarkan sayapnya hingga Malaysia dan Filipina. Hebat, sebuah terobosan seorang pemuda.

Fakta penting yang lain yang tidak boleh dilupakan pula ialah Soekarno. Fakta bahwa beliau mampu mendirikan suatu organisasi pergerakan Nasional, pada usianya yang masih muda yakni 25 tahun. Organisasi tersebut yang menjadi cikal bakal berdirinya Partai Nasional Indonesia.

Pemuda. Pemuda memang begitu berarti. Pemuda memang mempunyai peran yang besar. Pemuda memiliki potensi tinggi dalam membuat perubahan. Karena pemuda masih memiliki kekuatan yang lebih pada fisik, intelektual, dan emosional. Mempunyai semangat yang tinggi dan menggelora. Mempunyai kemauan yang kuat dan meledak-ledak, dalam membuat perubahan dan pembaharuan.

Hingga Soekarno pernah berkata, “Beri aku seribu orang, dan dengan mereka aku akan menggerakkan Gunung Semeru. Beri aku sepuluh pemuda yang membara cintanya kepada Tanah Air, dan aku akan mengguncang dunia”.

Maka kini pertanyaannya: Apa yang akan, atau sudah kau berikan pada dunia, di usia mudamu ini?
Jawabannya ada pada dirimu, Pemuda!

Semarang, 24 Juni 2013

Anggaina Elfandora


*Tiga kalimat paling atas di awal merupakan kalimat dari teman saya*


Mamaku itu Cantik


Mamaku itu cantik. Cantik fisiknya. Kulitnya putih nan bersih, wajahnya cantik, jerawat pun tak pernah berani menghinggapinya sampai sekarang. Tak heran begitu banyak orang yang memuji kecantikan mama. Dari saudara kandung, saudara jauh, kerabat kerja, hingga teman jauh. Bahkan di usianya yang sudah hampir berkepala lima ini, masih saja terdapat banyak kenalan baru yang mengira bahwa mama masih berumur 30 tahun. Padahal, sedari kecil mama tak sekali pun pernah memolesi wajah dan tubuhnya dengan make up, kecuali saat mama menikah. Dan padahal pula, masa kecil mama hampir dihabiskan di bawah terik sinar matahari. Begitu cantik mamaku ini. Kau harus melihatnya.


Mamaku itu cantik. Cantik perangainya. Sedari kecil, mama selalu bangun tengah malam. Mama selalu shalat malam, bersujud pada-Nya, dan berdzikir sepanjang malam hingga shubuh. Kalau itu hari Senin dan Kamis, mama akan membawa tasbihnya ke ruang makan dan memulai sahurnya. Menjelang shubuh, mama mengambil air wudhu dan memulai tadarusnya. Saat adzan shubuh berkumandang, mama segera melaksanakan shalat wajib dua rakaat tersebut dengan khusyuknya. Tak tertinggal pula, shalat sunah lainnya seperti shalat dhuha dan shalat rawatib yang selalu dikerjakan oleh mama. Tadarus pun tak hanya setelah shalat wajib, namun setiap ada waktu luang bagi mama, insya Allah mama akan selalu membaca Alqur’an. Setelah shalat shubuh, mama segera menuju dapur untuk menyiapkan sarapan keluarganya. Sembari memasak, mama berdzikir al-ma’tsurat. Usai memasak, mama bersiap-siap untuk berangkat kerja. Pukul 6 pagi aku melihatnya pergi, dan pukul 3 sore aku akan melihatnya berada di rumah kembali. Setelah Isya’, mama mendampingi adikku yang masih duduk di bangku sekolah dasar untuk mengerjakan tugasnya. Mama sangat jarang menonton televisi. Katanya televisi itu tidak penting, kecuali syiaran agama atau berita. Subhanallah. Mama juga memelihara sifat zuhud, atau hidup sederhana. Contoh kecil, seperti handphone yang dimilikinya. Handphonenya sudah keluar dari jaman, atau bisa disebut jadul. Mama tidak ingin membeli handphone terbaru, padahal papa sudah berulang kali menawarinya. Katanya handphone itu yang penting bisa dipakai untuk sms dan telepon saja, tidak perlu aplikasi yang lain. Mama adalah anak dan istri yang sholehah. Sangat sholehah. Sinar yang terpancar dari wajahnya menampakkan begitu kuat inner-beauty nya. Dengan tanda sujud yang membekas di dahinya. Begitu cantik mamaku ini. Kau harus mengenalnya.

Mamaku, Siti Mustaqimah Mazidah.


Tuesday, August 20, 2013

Surat Cinta


Di bawah ini adalah surat cinta yang dahulu kala pernah saya buat untuk seseorang yang pernah saya kagumi.

Dear Ataldi,
      Entah apa yang mendorongku menulis surat ini. Meluapkan rasa dalam hati ini. Entah bagaimana pula cara meluapkan semuanya disini. Entah. Rasanya luapan dalam hatiku takkan cukup jika harus kutuangkan semuanya di sepucuk surat ini. Karena rasa ini begitu besar sebesar dunia, dan begitu luas seluas jagad raya.
            Kuberanikan untuk menulis surat ini padamu, atas nama rasa ini. Sebuah rasa yang kurasakan sejak pertama kali aku jumpa denganmu. Rasa yang mampu mengikat kuat hatiku, hingga aku tak bisa memberikan hati ini pada yang lain. Rasa yang membuat jantungku berdetak dengan cepat saat bertemu denganmu. Yang membuatku malu dan salah tingkah saat kau menatap aku.  Rasa yang membuat otakku penuh dengan angan akan tentangmu. Rasa ini. Rasa cinta.

Anggaina Elfandora

Note: Nama "Ataldi" di atas hanya sebuah nama imajinasi saya.

About Me