Sunday, March 16, 2014

Maafkan Aku, Kekasihku


Ketika rasa rindu itu muncul, aku hanya bisa memperhatikannya dalam dunia maya. Kekuatan rindu itu yang akhirnya membuat waktuku terbuang dengan sia-sia hanya untuk kegiatan stalking.

Senyum di bibir ini muncul dengan seringnya ketika mata ini asik menyusuri halaman akunnya. Namun di tengah-tengah keasikan itu, tiba-tiba terbesit pikiran dalam otak. Bukan hanya dalam otak, tetapi dalam hati pula. Terfikirkan olehku akan sesosok lelaki yang belum kuketahui wujud fisiknya. Calon imamku kelak.

Fikiran itu membuatku seakan-akan seperti perempuan yang sedang selingkuh di belakang kekasihnya. Muncul dalam hatiku rasa bersalah yang amat dalam. Muncul dalam benakku rasa malu yang amat. Muncul dalam diriku rasa tak tahu diri yang amat pula. Dan muncul pula rasa takut dalam jiwaku. Takut, jika calon imamku melakukan kegiatan yang sama, pada perempuan lain. Lebih-lebih jika itu sebagai bentuk balas ganti akan perbuatanku tadi.


Kututup pelan-pelan jendela akun lelaki tadi. Kekuatan rindu semu tadi, dapat kukalahkan oleh kekuatan cinta sejati. Dengan mengucap istighfar, kucoba mengusir bayangan lelaki tadi. Dan kukatakan dengan lirih, “Maafkan aku, calon imamku…”.


Semarang, 16 Maret 2014
Anggaina Elfandora C.

About Me