Friday, November 1, 2013

Aku Nyaman di Dunia Sepiku Ini


Kubuka mata. Kulihat banyak orang. Dengan gerakan cepat di bibirnya. Namun aku tak mengerti artinya. Apa yang mereka lakukan dengan gerakan bibir itu? Sebenarnya, untuk apa mereka menggerakan bibir tersebut? Sepertinya hanya aku yang tak mengerti.

Duniaku ini terasa nyaman. Begitu nyaman. Hening. Sunyi. Hingga membuatku serasa tak ada beban. Berbeda dengan mereka. Kerutan kening tak jarang terlihat di wajah mereka. Aku pun menghampiri cermin, dan bertanya-tanya, mengapa aku tidak mempunyai kerutan kening seperti mereka. Apa arti kerutan kening tersebut? Sepertinya hanya aku yang tak mengerti.


Kupejamkan mata. Dan kubuka kembali. Kulihat mereka lagi. Dengan mulutnya yang terbuka lebar. Sangat lebar. Hingga aku dapat melihat semua giginya. Jika aku dapat memisalkan, wajah mereka seperti matahari cerah di pagi hari. Aku suka. Aku pun beranjak menuju cermin. Kucoba untuk membuka mulutku lebar-lebar. Ya, aku jadi terlihat seperti mereka. Gigi-gigiku pun dapat terlihat dengan jelasnya. Namun dalam hatiku bertanya, untuk apa kubuka lebar-lebar mulut ini. Tak ada sesuatu yang kurasakan dari hal ini. Kecuali rasa pegal. Ya, hanya kelelahan yang kurasa selama membuka lebar mulut ini. Tetapi mengapa mereka dapat melakukan hal itu dengan lamanya dan berulang-ulang? Sepertinya hanya aku yang tak mengerti.

Kubuka mata ini kembali di waktu yang berbeda. Aku merasa ada yang aneh dengan kedua telingaku. Sesuatu mengganjal di telingaku. Aneh. Oh, bukan hanya keanehan itu. Aku juga melihat banyak orang. Tetapi kali ini dengan s-u-a-r-a. Mereka semua menatapku. Menghampiriku. Mengajakku berbicara. Begitu banyak pertanyaan yang mereka berikan padaku. Aku pun menjawabnya. Tapi tunggu, mimik muka mereka terlihat jelas berbeda saat aku berbicara. Mulutnya sedikit terbuka, dengan wajah kebingungan. Sepertinya mereka tidak mendengarkan jawabanku. Karena mereka selalu mengajukan pertanyaan yang sama, sama, dan selalu sama. Sepertinya mereka memang tidak mendengarkan aku berbicara. Atau mungkin, mereka tidak memahami apa perkataanku?

Aku lepas sesuatu yang mengganjal di telingaku ini. Aku pun bergegas memejamkan mata ini. Dan, ya, akhirnya aku kembali ke dunia sepiku. Hening. Sunyi. Nyaman. Dan tentunya disini tidak ada yang tidak memahami perkataanku. Karena kakak-kakak cantik berbalut pakaian serba putih ini selalu mendengarkanku dan mengajariku berbagai hal. Tidak seperti mereka.

Aku nyaman disini. Di dunia sepiku.


Semarang, 1 November 2013

Anggaina Elfandora C.

About Me