Senyuman. Itulah yang kali pertama muncul di bibirku
saat kubuka mataku di suatu pagi.
Senyum itu tidak datang dengan sendirinya. Ia dibawa
oleh sebuah mimpi yang menemaniku sedari mataku terpejam.
Ingin rasanya kubagikan detik-detik dalam mimpiku
pada orang-orang yang selalu mendengarkan ceritaku. Namun sepertinya itu
hanyalah khayalan bagiku. Khayalan bagiku untuk menceritakan pada mereka
tentang mimpiku.
Untuk hal tentang mimpi yang membuatku tersenyum itu,
bukan padaku mereka berpihak. Bukan aku. Melainkan salah satu di antara kami.
Karenanya, aku tidak mungkin membagikan senyum pagi
ku itu. Kusimpan sendiri senyumku itu. Kumasukkan dan kukunci rapat-rapat.
Sebab aku takut, salah satu di antara kami akan terluka, jika mereka mengetahui
mimpi dan senyumku pagi itu.
Sedih rasanya, ketika kau memiliki cerita yang
membuatmu tersenyum, tetapi kau tidak dapat membagikannya dengan orang-orang
yang selama ini mendengarkan cerita hatimu. Mungkin, ini bukan sekedar sedih.
Ini lebih dari sekedar sedih.
Terima kasih untuk mimpi yang telah sempat membuatku
tersenyum, meski hanya untuk hitungan jam. Terima kasih untuk senyuman yang
telah kau bawa, Mimpi… Walau kini senyuman itu harus sirna…
Semarang, 19 September 2015
Anggaina Elfandora C.
No comments:
Post a Comment