Sunday, September 20, 2015

Senyuman Mimpi Yang Sirna


Senyuman. Itulah yang kali pertama muncul di bibirku saat kubuka mataku di suatu pagi.

Senyum itu tidak datang dengan sendirinya. Ia dibawa oleh sebuah mimpi yang menemaniku sedari mataku terpejam.


Ingin rasanya kubagikan detik-detik dalam mimpiku pada orang-orang yang selalu mendengarkan ceritaku. Namun sepertinya itu hanyalah khayalan bagiku. Khayalan bagiku untuk menceritakan pada mereka tentang mimpiku.

Untuk hal tentang mimpi yang membuatku tersenyum itu, bukan padaku mereka berpihak. Bukan aku. Melainkan salah satu di antara kami.

Karenanya, aku tidak mungkin membagikan senyum pagi ku itu. Kusimpan sendiri senyumku itu. Kumasukkan dan kukunci rapat-rapat. Sebab aku takut, salah satu di antara kami akan terluka, jika mereka mengetahui mimpi dan senyumku pagi itu.

Sedih rasanya, ketika kau memiliki cerita yang membuatmu tersenyum, tetapi kau tidak dapat membagikannya dengan orang-orang yang selama ini mendengarkan cerita hatimu. Mungkin, ini bukan sekedar sedih. Ini lebih dari sekedar sedih.

Terima kasih untuk mimpi yang telah sempat membuatku tersenyum, meski hanya untuk hitungan jam. Terima kasih untuk senyuman yang telah kau bawa, Mimpi… Walau kini senyuman itu harus sirna…

Semarang, 19 September 2015
Anggaina Elfandora C.


No comments:

Post a Comment

About Me