Tuesday, December 10, 2013

Ketika Persahabatan Terasa Hambar


Ini konyol. Aku merasa tak ada yang spesial lagi dengan persahabatan ini. Terasa hambar. Entah.

Tadi di kampus, sahabat ku si A bercerita padaku. Dia sedang jengkel dengan sahabat ku si B. Kudengarkan curahan hatinya. Tak ada yang aneh bagiku saat itu. Mungkin karena aku sudah maklum dengan si B. Sifat si B yang sensitif, dan sebagainya. Tak jarang pula aku crash dengannya. Sehingga cerita si A tersebut bukan lah suatu hal baru bagiku.


Namun, ketika cerita itu terngiang di tengah kesendirianku, aku merasa aneh. Tidak seharusnya dalam suatu persahabatan terdapat hal seperti itu. Apalagi kalau sudah mulai membicarakan di belakang satu sama lain. Atau ini kah yang disebut persahabatan orang dewasa? Atau malah, dunia dewasa sudah tidak mengenal arti persahabatan, karena dianggap freak?

Kalau begitu, aku takut dengan umurku. Umurku yang makin beranjak tua. Menjadi orang tua pada nantinya. Dimana menghidupi kehidupan keluarganya lah yang menjadi prioritas utama. Bukan mencari kesenangan. Bukan pula mencari pertemanan. Apalagi mencari persahabatan.

Sehingga wajar mungkin, kalau saat dewasa persahabatan itu terasa hambar. Tetapi apakah wajar jika hal itu terjadi di tengah umurku yang bahkan belum mencapai 20 tahun?

Terkadang beberapa di antara kami membicarakan salah satu sahabat kami. Terkadang salah satu, atau beberapa, bertengkar dengan beberapa yang lain. Terkadang beberapa dari kami tidak terbuka dengan kami. Terkadang beberapa dari kami menganggap kami sebagai penyebab suatu masalah. Dan terkadang, beberapa dari kami, menjauhkan diri dari kami tanpa alasan yang jelas. Sebenarnya, ini sebuah persahabatan, atau bukan?

Memang tak seindah di awal dulu. Ketika benih-benih persahabatan mulai tumbuh. Ketika canda dan tawa hanya darinya, dan untuknya.

Aku hanya bisa tertawa ketika membaca kata-kata ataupun puisi persahabatan. Karena itu tidak lebih dari serangkaian kata yang disusun sedemikian baiknya hingga tercapai kalimat yang indah didengar dan dirasakan, yang sebenarnya tidak memiliki arti apapun.

Atau sebenarnya, kalimat dalam puisi itu benar adanya? Atau sebenarnya kalimat dalam puisi tersebut lebih dari serangkaian huruf yang berdiri tegak? Atau sebenarnya memang puisi tersebut mempunyai makna, lebih dari yang terlihat?


Kalau begitu, tidak ada yang salah dengan puisi persahabatan. Hanya saja aku yang salah. Salah dalam mengartikan hubungan ini. Hubungan, yang seharusnya tidak aku anggap sebagai sebuah “persahabatan”.

Semarang, 10 Desember 2013
Anggaina Elfandora C.

About Me