Siapa itu
pahlawan? Pahlawan adalah orang yang berani untuk mengorbankan jiwa dan raga
dalam membela kebenaran. Pahlawan adalah sosok legendaris yang kerap dijadikan
tauladan bagi suatu bangsa. Tindakannya yang mulia memberikan manfaat bagi
kepentingan orang banyak, serta memberikan pengaruh positif terhadap tingkah
laku masyarakat. Dan jasanya yang tulus akan selalu dikenang oleh bangsa.
Sekiranya
jawaban itu lah yang akan muncul ketika bangsa ini, termasuk kita, ditanya
“Siapa itu pahlawan?”. Beribu kata tentang pahlawan dapat terucap dari mulut kita
yang menjawabnya. Daftar nama pahlawan pun dapat saja mengalir mengikutinya. Jasanya,
masa perjuangannya, hingga akhir hidupnya, mudah kita dalam menceritakannya.
Pelajaran sejarah yang kita dapatkan semenjak duduk di bangku sekolah dasar
hingga bangku sekolah menengah ke atas yang menuntun kita dalam mengenal
pahlawan-pahlawan bangsa. Dengan harapan bahwa jiwa-jiwa pahlawan akan dapat
tumbuh di dalam diri para generasi penerus bangsa.
Namun apa yang
ada mungkin tidak seperti yang
diharapkan. Pelajaran sejarah sekiranya hanya mampu mengenalkan dan
menceritakan masa-masa pahlawan, tanpa meresapkan jiwa-jiwa pahlawan dalam diri
bangsa. Buku sejarah hanya dipandang oleh para pelajar layaknya buku tebal yang
digunakan untuk sekedar mendapatkan nilai. Bahkan tak jarang pengetahuan
sejarah hanya dianggap sebagai beban. Itulah yang terjadi, sekedar menghafal
tanpa pendalaman maknanya.
Padahal,
pendalaman makna itu akan membuka jiwa kepahlawanan dari diri bangsa. Siapa
bilang orang-orang biasa yang hidup di jaman ini bukanlah pahlawan? Pahlawan
tidak selalu adalah orang-orang yang maju berperang, atau yang memperjuangkan
hidup matinya di medan perang. Sosok pahlawan ada dalam diri seorang pemuda, guru,
ayah, ibu, dan yang lainnya. Pahlawan sebenarnya ada di dalam diri setiap
orang. Hanya tinggal bagaimana orang tersebut dapat menumbuhkan dan mengelola
jiwa kepahlawanan itu dengan baik. Setiap orang perlu untuk menumbuhkan jiwa
pahlawannya. Setidaknya terbenihi dengan resapan cerita kepahlawanan para
pahlawan jaman dulu.
Jika mengingat Ki Hajar Dewantoro, kita akan teringat akan perjuangannya dalam bidang pendidikan, yang hingga pernah diasingkan di Belanda. Beliau meninggalkan pesan yang kini dapat dilihat di Museum Sumpah Pemuda, Jakarta, yang berbunyi, “Aku hanya orang biasa yang bekerja untuk bangsa Indonesia dengan cara Indonesia. Namun, yang penting untuk kalian yakini, sesaat pun aku tak pernah mengkhianati tanah air dan bangsaku, lahir maupun batin aku tak pernah mengkorup kekayaan Negara”. Adalah pesan yang sangat patut dijadikan tauladan bagi bangsa ini. Apalagi mengingat masih rendahnya kesadaran bangsa ini akan korupsi.
Mendengar nama
Kartini juga akan mengingatkan kita pada jasa Kartini dalam memperjuangkan
hak-hak wanita. Gagasannya mampu menggerakkan dan mengilhami perjuangan wanita
dari kebodohan yang tidak disadari di masa lalu. Pengorbanannya yang tulus
disertai keberaniannya, membuat beliau mampu menggugah kaumnya dari belenggu
diskriminasi. Melalui surat-surat yang beliau tulis, yang kini telah dibukukan
dalam “Habis Gelap Terbitlah Terang”, para wanita dapat termotivasi untuk terus
memperjuangkan hak-haknya. Perjuangan Kartini tersebut yang kini membuat kaum
wanita di negeri ini dapat menikmati apa yang disebut dengan persamaan hak.
Bangsa Indonesia
juga tidak akan pernah lupa dengan “350 tahun”. Angka tersebut bukanlah waktu
yang sebentar bagi bangsa ini untuk dikuasai oleh para penjajah. Harapan
pahlawan saat itu hanya satu: Merdeka. Sebuah kebebasan. Kebebasan untuk diri
mereka sendiri. Untuk anak cucu mereka. Dan yang paling penting untuk generasi
masa depan.
“Pahlawan bukanlah orang
suci yang diturunkan dari langit ke bumi untuk menyelesaikan persoalan manusia
dengan mukjizat. Pahlawan adalah orang biasa yang melakukan pekerjaan-pekerjaan
besar, dalam sunyi yang panjang, sampai waktu mereka habis. Mereka tidak harus
tercatat dalam buku sejarah atau dimakamkan di taman makam pahlawan. Mereka
juga melakukan kesalahan dan dosa. Mereka adalah manusia biasa yang berusaha
memaksimalkan seluruh kemampuan untuk memberikan yang terbaik bagi orang-orang
di sekelilingnya. Mereka merakit kerja-kerja kecil menjadi sebuah gunung, karya
kepahlawanan adalah tabung jiwa dalam masa yang lama.”, kata Anis Matta
dalam bukunya, Mencari Pahlawan Indonesia.
Agaknya justru bukan hanya sebatas peringatan, tapi lebih kepada
instrospeksi diri, sudahkah kita menjadi pahlawan? Sudahkah kita
mempersembahkan karya terbaik kita untuk tanah merah putih ini? Apa yang sudah
kita lakukan untuk Negara ini? Negara ini butuh pahlawan, bukan pemuda yang
hanya memangku dagunya.
Soekarno pernah
berkata, “Beri aku seribu orang, dan
dengan mereka aku akan menggerakkan Gunung Semeru. Beri aku sepuluh pemuda yang
membara cintanya kepada Tanah Air, dan aku akan mengguncang dunia”.
Perkataan
Soekarno tersebut menyadarkan kita bahwa bangsa ini membutuhkan pemuda-pemuda
yang memiliki keberanian dan semangat yang tinggi untuk membawa perubahan bagi
bangsa, layaknya seorang pahlawan.
Pemuda memiliki
potensi tinggi dalam membuat perubahan. Karena pemuda masih memiliki kekuatan
yang lebih pada fisik, intelektual, dan emosional. Mempunyai semangat yang
tinggi dan menggelora. Mempunyai kemauan yang kuat dan meledak-ledak, dalam
membuat perubahan dan pembaharuan.
Maka kini pertanyaannya: Apa yang akan, atau sudah
kau berikan pada bangsa Indonesia, di usia mudamu ini? Beranikah kau menjadi
pahlawan masa kini?
Semarang, Oktober 2014
Anggaina Elfandora C.