Ini
konyol. Aku merasa tak ada yang spesial lagi dengan persahabatan ini. Terasa
hambar. Entah.
Tadi
di kampus, sahabat ku si A bercerita padaku. Dia sedang jengkel dengan sahabat
ku si B. Kudengarkan curahan hatinya. Tak ada yang aneh bagiku saat itu.
Mungkin karena aku sudah maklum dengan si B. Sifat si B yang sensitif, dan
sebagainya. Tak jarang pula aku crash
dengannya. Sehingga cerita si A tersebut bukan lah suatu hal baru bagiku.
Namun,
ketika cerita itu terngiang di tengah kesendirianku, aku merasa aneh. Tidak seharusnya
dalam suatu persahabatan terdapat hal seperti itu. Apalagi kalau sudah mulai
membicarakan di belakang satu sama lain. Atau ini kah yang disebut persahabatan
orang dewasa? Atau malah, dunia dewasa sudah tidak mengenal arti persahabatan,
karena dianggap freak?
Kalau
begitu, aku takut dengan umurku. Umurku yang makin beranjak tua. Menjadi orang
tua pada nantinya. Dimana menghidupi kehidupan keluarganya lah yang menjadi
prioritas utama. Bukan mencari kesenangan. Bukan pula mencari pertemanan. Apalagi
mencari persahabatan.
Sehingga
wajar mungkin, kalau saat dewasa persahabatan itu terasa hambar. Tetapi apakah
wajar jika hal itu terjadi di tengah umurku yang bahkan belum mencapai 20
tahun?
Terkadang
beberapa di antara kami membicarakan salah satu sahabat kami. Terkadang salah
satu, atau beberapa, bertengkar dengan beberapa yang lain. Terkadang beberapa
dari kami tidak terbuka dengan kami. Terkadang beberapa dari kami menganggap
kami sebagai penyebab suatu masalah. Dan terkadang, beberapa dari kami,
menjauhkan diri dari kami tanpa alasan yang jelas. Sebenarnya, ini sebuah
persahabatan, atau bukan?
Memang
tak seindah di awal dulu. Ketika benih-benih persahabatan mulai tumbuh. Ketika canda
dan tawa hanya darinya, dan untuknya.
Aku
hanya bisa tertawa ketika membaca kata-kata ataupun puisi persahabatan. Karena itu
tidak lebih dari serangkaian kata yang disusun sedemikian baiknya hingga
tercapai kalimat yang indah didengar dan dirasakan, yang sebenarnya tidak
memiliki arti apapun.
Atau
sebenarnya, kalimat dalam puisi itu benar adanya? Atau sebenarnya kalimat dalam
puisi tersebut lebih dari serangkaian huruf yang berdiri tegak? Atau sebenarnya
memang puisi tersebut mempunyai makna, lebih dari yang terlihat?
Kalau
begitu, tidak ada yang salah dengan puisi persahabatan. Hanya saja aku yang
salah. Salah dalam mengartikan hubungan ini. Hubungan, yang seharusnya tidak
aku anggap sebagai sebuah “persahabatan”.
Semarang, 10 Desember 2013
Anggaina Elfandora C.
No comments:
Post a Comment